Tatapan Terlarang - Bintang SH
Tugas Kelas Menulis Cerpen Erotika
Tatapan Terlarang
Bintang SH
Dia baru
melihatnya sekali itu, namun gambarannya terukir di benaknya seolah-olah oleh
tangan seorang seniman.
Dia
mengatakan kepada
dirinya sendiri bahwa itu adalah cinta, gejolak rasa, suatu kebutuhan yang tiba-tiba
dan sangat kuat untuk memilikinya, meraihnya dibawa ke dekapannya. Dia tertarik kepadanya, seolah-olah seutas sutra tak kasat mata
melilit tubuhnya, menyatukannya dengan sang dambaannya, dengan kekuatan yang
tak tertahankan.
Nadinya berdenyut kencang, napasnya pendek. Dia di sini menatap nanar
dari atas bubungan
tempatnya berdiri tersembunyi. Lengkung lehernya, ranum
dadanya, legam berombak rambutnya.
Tangan Bathsheba
yang halus bergerak melalui rambutnya yang gelap dan basah, air mengaliri
bokong, betis. Air sempurna membasuh segenap lekuk tubuhnya telanjang,
berkilauan dalam cahaya pudar seperti emas cair mengalir.
David
sudah menetapkan ia akan membawa perempuan molek itu ke istananya, ke tempat
tidurnya, untuk memuaskan hasrat yang menguasai dirinya. Hulubalang pelayan
telah dikirim menjemput Bathsheba.
**
Malam
telah menyelimuti Yerusalem. Langit malam diwarnai dengan rona lembut rembulan.
David dalam ruang peraduannya, cahaya lampu minyak yang berkedip-kedip
memancarkan cahaya lembut ke seluruh ruangan. Bathsheba melangkah masuk ke
dalam kamar sang raja. Udara dipenuhi aroma dupa wangi. Suasananya syahdu oleh
sayup-sayup musik di luar ruangan, menggelitik hasrat yang tersembunyi dan tak
terucapkan.
Di sana,
di tengah ruangan yang redup, David berdiri. Sosoknya bagai singa yang berdiam menunggu
mangsa. Tatapannya penuh kekuatan
yang tak terbantahkan namun halus mengelus perasaan. David mengamati Bathsheba.
Tak kuasa berkata-kata, Bathsheba merasa tubuhnya bergerak mendekat. Tubuhnya
dibalut sutra, memperlihatkan kemolekannya. Bathsheba melangkah seirama dengan
alunan musik yang makin mengelitik hasrat David.
David menghampirinya, mengayunkan rengkuhan. “Bathsheba“, bisiknya. Jarak di
antara mereka makin dekat dan saat berada dalam jangkauan, David mengangkat
tangannya ke wajah Bathsheba, sentuhannya lembut menyanjung. Jari-jarinya
menelusuri wajah lantas berhenti di pipinya, lalu bergerak untuk melepas ikatan
rambut lantas menggeraikannya di belakang telinga.
Bathsheba yang mencondongkan tubuhnya, semakin leluasa
bagi sang raja menyentuhnya.
Matanya berkedip-kedip tertutup saat ia merasa kehangatan tangan David di kulitnya. Kini
Bathsheba serentan gadis lugu yang bingung, pertikaian rasa dalam pikirannya
menggiring pada penyerahan diri.
Tangan David bergerak ke tengkuk leher Bathsheba,
menariknya lebih dekat. Napas mereka bercampur. Bibirnya bertemu dengan bibir Bathsheba.
Memagut lembut sekaligus lapar menyertai damba menguasai Bathsheba menjadi miliknya
selagi suaminya di medan perang.
Bathsheba merasakan hangatnya napas David di lehernya,
seperti angin sepoi-sepoi yang membelai dedaunan, membuatnya menggigil bukan
karena dingin, tetapi karena memikirkan Uria suaminya. Ia kini dalam dekapan
raja di ranjangnya, manakala suaminya perwira hebat itu dalam tugas di medan
perang.
Ciuman itu semakin dalam, tangannya mulai menjelajah,
seumpama meraba-raba dalam gelap menelusuri lekuk tubuhnya. Alunan musik yang
dimainkan di luar ruangan, memantra Bathsheba lebih rileks dan manut, mengikuti
gerakan raja. Kerentanan dalam ekspresinya, saat matanya sekejap berkedip
sekejap tertutup. Sungguh ia kini terikat menikmati kehangatan tangan sang raja
menyentuh kulitnya.
David memainkan jarinya menyusuri tubuh Bathsheba setara
keahliannya memainkan kecapi. David muda lihai memainkan kecapi untuk
menenangkan Raja Saul kala suntuk. Tembang yang mengalun dari kecapi sungguh
menggetarkan hati karena begitu indahnya.
Pakaian mereka terlepas, terbuang dalam panasnya gerakan.
Keduanya sekarang saling telanjang. Mereka bersatu. Bathsheba di sini, dalam
pelukannya, tubuhnya menyerah pada sentuhannya, napas mereka bercampur dalam keheningan malam. []