Reinkarnasi

Aku menghapus jejak air mata setelah Jacob melambaikan tangan. Senyumnya terkembang, berkali-kali lelaki itu memberi isyarat melalui matanya bahwa dia baik-baik saja, seolah hal yang akan terjadi bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Jacob berjalan menuju sebuah pesawat yang tidak jauh dari tempatku berdiri. Kedua tangannya terikat, sisi kiri dan kanannya berdiri algojo yang memiliki dua tanduk. Matanya besar dan merah, seperti orang yang sedang marah. Ekornya panjang dan ujungnya memiliki pencapit seperti kalajengking. Makhluk paling menakutkan yang pernah kulihat. Kedua algojo itu yang bertugas untuk mengantarkan Jacob ke tempat pengasingan, sebagai hukuman atas perbuatannya.

Pesawat yang akan dinaiki Jacob lebih mirip seperti ubur-ubur versi raksasa. Di dinding luarnya ada beberapa makhluk aneh menyerupai ular berkepala dua yang terus mengelilingi benda itu. Mereka merayap seolah-olah sedang patroli jika ada hal yang membahayakan akan terjadi. Pintu yang sedang terbuka membuatku tahu bahwa tak ada penerangan di dalamnya. Sungguh menyeramkan, mungkin berada dalam pesawat itu merupakan cicilan hukuman yang harus dijalankan oleh para tawanan.

Ini adalah detik-detik di mana Jacob akan menjalani pengusiran dari planet Oryon menuju tempat pengasingan bagi mereka yang melakukan kesalahan besar. Dark Planet—sebuah tempat gelap, tandus, dan suram—yang bisa menghancurkan semangat hidup para pesakitan. Konon yang pernah kudengar, Dark Planet ibaratkan penjara paling menakutkan sejagat raya. Tempatnya sangat jauh dari Matahari, sehingga hari-hari di sana penuh dengan kegelapan, tak ada beda antara siang dan malam. Satu-satunya planet yang dipenuhi dengan binatang-binatang liar yang bertahan hidup dengan menjadikan para tawanan dari segala planet untuk mengisi perutnya. Tak jarang binatang-binatang itu akan saling memakan tatkala tak ada lagi tawanan sebagai menu makanan.

Belum ada para tawanan yang bertahan hidup bertahun-tahun di Dark Planet. Suasana mencekam dan gelap membuat orang-orang yang dikirim ke sana akan mengakhiri hidup dengan sendirinya. Mungkin bagi mereka lebih baik mati daripada bertahan dari semua siksaan yang ada di depan mata. Toh, cepat atau lambat akan menjemput maut juga.

Jacob berjalan pelan dengan tangan diborgol, seolah-olah dia adalah penjahat yang paling ditakuti. Padahal yang dilakukan lelaki itu bukanlah tindakan kriminal, tetapi dia diperlakukan sama seperti para penjahat kelas kakap yang kerap membuat onar.

Aku menatap Raja Armen, menangkupkan kedua tangan di depan dada, mengiba agar hukuman Jacob bisa dibatalkan, paling tidak diringankan. Namun, ayahku memalingkan wajah dan memerintahkan agar algojo mempercepat jalannya menuju pesawat.

Musnah sudah harapanku. Jacob telah hilang seiring tertutupnya pintu pesawat. Perlahan benda raksasa itu mengeluarkan asap dan berlalu ditelan ganasnya hukum kekuasaan.

***

“Hai, Kim. Kamu ikut festival bunga, kan?”

Suara Angel mengagetkanku, tanpa permisi dia masuk kamar dan duduk di atas ranjang. Gadis berparas ayu dan berambut sepinggang ini adalah satu-satunya teman yang kupunya. Terlahir sebagai putri dari Raja Armen—pemimpin kerajaan Lordtunus—kerajaan terbesar di planet Oryon membuatku tidak bebas dalam bergaul. Jika saja Angel bukan anak jenderal angkatan perang, mungkin aku tidak akan memiliki satu orang teman pun.

“Ikut, dong.”

Aku menjawab sambil menyelipkan jepitan berbentuk bunga di atas kepala.

“Tumben? Biasanya Putri kita ini paling malas kalau diajak keluar istana.”

“Ya, siapa tau ketemu jodoh di sana.”

Aku menjawab asal. Sebenarnya aku hanya merasa bosan berada di lingkungan yang sama selama 23 tahun. Entah kenapa belakangan ada rasa penasaran seperti apakah Festival Bunga yang sering diceritakan Angel. Semenjak berusia remaja, sahabatku ini selalu ikut meramaikan pekan festival yang diadakan dua kali dalam setahun itu.

Acaranya diadakan di planet Oxyeon. Sebuah planet yang memiliki berbagai jenis tumbuhan dan bunga yang tidak ada tumbuh di planet lain. Tumbuh-tumbuhan itu hanya berbuah dua kali dalam setahun. Begitupun dengan bunga, semuanya akan mengembang di waktu yang sama.

Masih menurut cerita Angel, umumnya orang-orang yang menghadiri festival ingin melihat dan mencoba hasil kekayaan alam yang tidak dimiliki oleh planet asal mereka. Dan alasan kedua tentu saja ajang untuk memilih jodoh, karena izin masuk ke acara festival hanya bagi mereka yang memiliki permata ruby untuk perempuan dan amethyst untuk laki-laki. Hanya keturunan kerajaan dan petinggi kerajaan yang memiliki keduanya.

***

Aku menatap takjub pada hamparan bunga yang ada di hadapan. Tumbuhan warna-warni ini membuatku terpana. Seumur hidup baru kali ini aku merasa ada yang berbeda yang pernah kualami.

“Bagaimana? Cantik, kan?”

Suara Angel menyadarkanku. Dia menarik tanganku agar mengikutinya. Kami masuk ke dalam labirin yang terbuat dari rangkaian berbagai jenis bunga. Aku memetik satu bunga berwarna ungu yang tampak berbeda dan menyelipkan di telinga. Dinding labirin memanjakan pemandanganku. Mungkin karena aku belum pernah melihatnya di Oryon.

“Angel! Angel!”

Aku memanggil Angel yang tak lagi berada di sisi. Entah sejak kapan kami terpisah, mungkin karena terlalu asyik menikmati hamparan bunga berbentuk labirin membuatku tak menyadari telah terpisah dari Angel.

“Jel! Angel!”

Setengah berlari aku menyusuri lorong labirin agar menemukan sahabatku itu, tetapi tak kunjung kelihatan batang hidungnya. Yang ada hanya para pemuda dan pemudi tak kukenal. Aku terengah-engah dengan napas tak beraturan. Meskipun di sini aman, tetapi tetap saja ada rasa khawatir jika tak menemukan Angel.

“Kamu tersesat?”

Suara bariton menyapaku yang sedang panik memilih jalan untuk kulalui dalam labirin ini. Otakku hanya ingin segera bisa keluar. Aku yang salah, terlalu terpesona dengan keindahan yang disajikan. Baru hari pertama festival diadakan, aku sudah membuat kesalahan besar.

“Iya, aku terpisah dari temanku. Dan … sejak tadi aku mencari jalan keluar tapi tetap buntu.”

Lelaki di depanku tersenyum, menimbulkan ceruk di kedua pipinya yang membuat senyum itu terlihat makin indah. Mata birunya sesaat membiusku dalam kebisuan. Baru pertama kali aku bertemu lelaki setampan dia.

“Kalau kamu percaya padaku, ayok ikuti aku. Kita akan keluar dari labirin ini.”

Aku berpikir sejenak. Apakah dia lelaki baik yang memang berniat tulus. Sejurus kemudian aku mengangguk. Karena yakin bahwa yang hadir di sini bukanlah anak muda sembarangan. Jadi, jika lelaki di depanku berniat jahat, Ayah akan mudah melacak jejaknya.

“Aku Jacob, kamu?”

“Kimberly.”

Kami berkenalan sambil menyusuri lorong labirin. Aku menyejajarkan langkah dengan lelaki bertubuh tegap yang tinggiku hanya sebahunya. Cukup lama kami berbincang hingga berhasil menemukan jalan keluar labirin.

Aku jadi tahu bahwa ternyata kami berasal dari planet yang sama, hanya saja Jacob dari Kerajaan Zenovia. Menurut cerita Ayah, Zenovia adalah salah satu kerajaan yang sangat bergantung pada Lordtunus. Karena kerajaan itu hanya memiliki sumber daya alam berupa hasil pertanian dan perkebunan. Jadi, hubungan perdagangan antara Zenovia dan Lordtunus cukup baik. Karena Lordtunus memiliki sumber energi dan tambang yang berlimpah, suatu yang sama sekali tidak dimiliki Zenovia.

***

Tak terasa sudah tujuh hari aku menghadiri Festival Bunga, sekaligus penutupan untuk musim ini. Susunan acara hanya berupa hiburan dan jamuan makan malam sebagai penutup.

Aku menatap takjub pentas dansa yang dihiasi bunga di setiap sudutnya. Panitia acara sungguh pandai memanjakan mata para pengunjung. Pantulan cahaya lampu sorot pentas menghasilkan gradasi warna emas dan perak yang meliuk-liuk di dalam gedung acara. Perpaduan warna lampu dan bunga menjadikan suasana acara makin meriah.

Suasana menjadi hangat ketika raja dan ratu tuan rumah terlebih dahulu menuju pentas dansa. Satu per satu para hadirin juga turun berdansa dengan senyum yang tak lepas dari bibir mereka.

“Aku ke sana, ya.”

Angel mengerling padaku ketika salah satu pria mengulurkan tangan padanya. Aku tahu bahwa lelaki itu adalah alasan Angel selalu menghadiri Festival Bunga. Mereka sudah kenal cukup lama dan di ajang inilah tempat mereka selalu bertemu melepas rindu.

“Apakah Nona tidak keberatan berdansa denganku?”

Aku tergeragap saat seseorang setengah membungkuk sudah berada di hadapan. Satu tangannya terulur menunggu sambutanku. Entah dia melihat perubahan wajahku, mungkin saat ini sudah memerah. Rasanya pipiku panas. Ada rasa senang bercampur malu, karena aku belum pernah diperlakukan seperti ini oleh lelaki mana pun.

Sedikit ragu aku menyambut uluran tangannya. Jacob menuntunku untuk ikut menaiki pentas. Lelaki bermata elang ini berhenti sejenak di anak tangga dan memetik bunga berbentuk mawar dan menyelipkannya di telingaku. Entah seperti apa wajahku saat ini, rasanya makin panas dan debar jantungku tak menentu. Hampir setiap hari Jacob menemuiku selama acara berlangsung, meskipun hanya seminggu, tetapi lelaki ini telah menorehkan kenangan cukup dalam untuk selalu membuatku tersenyum.

***

Cinta hadir tanpa diduga, mungkin itu ungkapan yang tepat untuk hubungan kami. Semenjak pertemuan waktu itu, aku dan Jacob menjalin hubungan rahasia. Tentu saja ini kulakukan karena Ayah masih membatasi pergaulanku, padahal tahun ini usiaku memasuki seperempat abad. Usia yang cukup matang untuk memilih jalan hidup.

Meskipun hanya bertemu dua kali dalam setahun, tetapi cukup bagiku untuk menilai Jacob adalah lelaki yang baik. Waktu yang singkat untuk sekadar melepas rindu. Namun mampu menorehkan lagi lebih banyak kenangan untuk kujadikan bunga tidur di saat raga kami tak bisa bersua.

***

“Ayah nanti malam ada tamu penting. Kamu ikut makan bersama, ya.”

Suapanku terhenti. Jarang-jarang Ayah mengajakku untuk menemaninya jika bertemu utusan kerajaan atau tamu penting lainnya. Karena selama ini hanya Peter—kakak lelakiku—sekaligus calon penerus Ayah yang selalu menemani.

“Maaf, Ayah. Kalau boleh tau, kenapa Kim harus ikut?”

“Karena Ayah berniat mengenalkanmu dengan anak Raja Hogie. Kerajaan yang terletak di selatan Planet Oxyeon. Sebuah tempat yang menghasilkan banyak intan dan permata yang tidak dihasilkan planet kita.”

“Apa maksudnya ayah akan…?”

“Iya, kamu sudah cukup pantas untuk menikah. Dan Raja Hogie hanya memiliki satu anak, yang pastinya akan menjadi penerus kerajaan.”

“Kenapa begitu mendadak? Ayah bahkan tak pernah bertanya padaku terlebih dahulu.”

“Kita ini keturunan kerajaan. Sebuah perjodohan untuk orang-orang seperti kita sudah biasa.”

“Tapi aku bisa mencari lelaki sesuai keinginanku, Ayah. Dan pastinya juga dari keturunan petinggi kerajaan.”

Ayah menyipitkan mata, mungkin merasa ragu dengan kata-kataku. Selama ini aku hanya bergaul di lingkungan sekitar kerajaan. Berkuda dengan pelatih yang dipilihkan Ayah, begitupun dengan belajar memanah. Semuanya sudah diatur bahkan sejak aku pertama kali melihat dunia ini. Ayah sudah menggenggam hidupku. Konsekuensi sebagai putri raja yang terkadang membuatku merasa jengah dan bosan dengan segala peraturan. Untuk kali ini, aku ingin menyampaikan keinginanku. Aku tidak mau menerima keputusan Ayah.

“Bisa kamu bawa dia ke sini. Ayah ingin tau seperti apa orangnya.”

Aku mengangguk mantap. Setidaknya ada harapan, meskipun peluangnya kecil, tak ada salahnya untukku membawa Jacob menemui Ayah.

“Dia berasal dari Kerajaan Zenovia.”

Aku memberanikan diri untuk memulai pembahasan tentang Jacob.

“Apa … apa kalian bertemu di acara Festival Bunga?”

“Iya, Ayah. Aku ingin ayah bertemu dulu, setidaknya lihat dulu orang yang aku sukai.”

Ayah terdiam. Aku tidak tahu apa yang dia rencanakan. “Baiklah, ayah akan mengirim utusan untuk mengundang lelaki itu ke kerajaan kita.”

Setelah mengatakan itu Ayah berlalu diikuti oleh pengawalnya. Makanan di atas piringnya pun masih bersisa. Jika tak ada masalah penting, tak biasanya Ayah menyisakan makanan.

Ibu mendekat ke arahku, satu tangannya membelai rambut dan satunya lagi menggenggam jemariku. “Semoga ayahmu sedikit melunak untuk urusan ini.”

Aku memeluknya. Seumur hidup hanya Ibu orang yang paling mengerti bagaimana aku. Ibu juga yang awalnya dua tahun lalu menyuruhku untuk menghadiri acara Festival Bunga. Jika bukan karena Ibu, sedikit pun aku tak berminat untuk bepergian keluar dari kerajaan ini. Karena sejak awal aku sudah diatur dan dididik untuk menjadi ‘penurut’ perintah Ayah.

***

Ibu berteriak sambil menggedor pintu kamarku. Aku yang masih setengah sadar berusaha untuk membuka pintu dengan kepala yang masih sempoyongan.

“Kim, apa kamu yakin Jacob yang kamu maksud berasal dari Kerjaan Zenovia?”

Napas Ibu tak beraturan ketika wajahnya muncul setelah aku membukakan pintu. Sepertinya masalah ini cukup pelik sehingga membuat Ibu pun gusar.

“Iya, Bu. Ada apa sebenarnya? Kenapa wajah Ibu tegang seperti itu?”

“Nak, Ibu mendengar ayahmu marah-marah pada utusannya. Menurut laporan yang mereka terima, tidak ada putra atau pun petinggi kerajaan Zenovia yang bernama Jacob. Ayah memaki-maki mereka karena merasa bahwa utusannya tidak becus bekerja.”

“Tapi aku sudah dua tahun mengenal Jacob. Kami selalu bertemu di acara Festival Bunga, Bu. Coba ibu tanya sendiri pada Angel. Ibu, kan, tau kalau masuk ke festival itu tidaklah mudah. Dan hanya orang-orang tertentu yang memiliki akses itu.”

“Entahlah, Nak. Tapi ibu merasa ada yang salah.”

Tergesa-gesa aku menemui Angel dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Menurut informasi dari Angel, Ayah menurunkan semua informannya untuk mencari sosok Jacob. Dan nihil, Jacob tak ada dalam lingkaran petinggi Kerajaan Zenovia. Aku sendiri yakin informasi ini keliru.

***

Gerbang kerajaan dibuka. Beberapa menit yang lalu penjaga pintu mengatakan bahwa ada seorang lelaki bernama Jacob ingin menemuiku. Ayah, Ibu, Peter, dan aku menunggu di pintu masuk istana.

“Apakah Tuan mencari saya?”

Aku menutup mulut melihat bahwa benar Jacob lah yang tengah menunduk itu.

“Apa kamu yang bernama Jacob? Anak muda yang berani mencintai putri tercintaku?”

“Iya, Tuan. Kami saling mencintai?”

Ayah menunjuk Jacob dengan wajah marah. Matanya membulat seperti hendak keluar dari tempatnya.

“Siapa kamu berani berkata seperti itu? Aku bahkan tidak menemukan datamu di profil keturunan Kerajaan Zenovia.”

Aku membeliak. Apa maksud Ayah? Bukankah Jacob memiliki amethyst sebagai tiket masuk ke Festival Bunga?

“Katakan! Siapa kamu sebenarnya?”

Amarah Ayah sudah memuncak. Aku tahu kebiasaannya. Orang yang pantang untuk dibohongi. Akan tetapi, aku memang tidak mengerti arah pembicaraan Ayah. Ada apakah sebenarnya?

Jacob mengeluarkan amethyst dari saku celananya. “Ini bukan milikku, aku menemukannya di hutan beberapa tahun yang lalu. Aku tidak mencuri. Aku hanya menggunakan ini untuk masuk ke acara festival, bukan untuk tujuan lain.”

“Lancang sekali kau anak muda! Dengan begitu, sama saja kau menyalahgunakan perhiasan kerajaan. Kau tak ubahnya seperti penipu!”

“Tuan, aku sudah bilang kalau aku bukan pencuri. Dan batu ini memang hanya kugunakan beberapa kali. Bukan untuk bermaksud menipu.”

“Tapi kau telah menipu seluruh orang yang ada di planet Oxyeon dengan menyamar sebagai keturunan petinggi kerajaan.”

“Aku hanya ingin seperti kalian yang dengan mudah diterima di mana saja. Aku masuk ke acara itu hanya untuk menghibur diri. Hanya saja takdir yang menyeretku masuk dalam lingkaran permainan yang sedari awal tak kurencanakan. Aku jatuh hati pada putrimu.”

Jacob melangkah lagi beberapa meter, makin mendekat dan tatapan kami sempat bersirobok.

“Awalnya aku hanya berniat pergi sekali saja ke acara itu, tetapi aku benar-benar tak menduga akan bertemu dengan gadis seistimewa putri anda.”

Jacob berkata lantang. Dia tak ragu mengatakan bahwa akulah yang menjadi alasannya hingga sampai dua tahun menghadiri acara Festival Bunga. Lelaki itu juga bilang obsesi terbesar dalam hidupnya adalah aku.

Kata-kata Jacob membuat Ayah murka. Di depanku Ayah langsung memerintahkan pesuruhnya untuk menghubungi pihak Kerajaan Zenovia. Bahwa ada warga sipil yang menyalahgunakan amethyst milik mereka.

***

Utusan Kerajaan Zenovia mengatakan bahwa amethyst milik Jacob merupakan kepunyaan pangeran mereka yang meninggal ketika mengalami kecelakaan saat mendaki gunung. Setelah seminggu pencarian, pihak kerajaan mengumumkan bahwa amethyst tersebut dinyatakan hilang.

Memang Jacob bukanlah seorang pencuri, tetapi dia dinilai telah melakukan kebohongan besar. Seharusnya dia menyerahkan kembali amethyst tersebut pada pihak kerajaan dan lelaki itu sering melakukan perjalanan ke luar planet menggunakan amethyst yang dipegangnya.

Aku hanya bisa menatap Jacob yang tertunduk. Saat ini sedang diadakan sidang kedua atas kesalahan yang dilakukan kekasihku itu, sekaligus pembacaan putusan hukuman yang harus dijalani.

“Saudara Jacob akan menjalani masa tahanannya di Dark Planet.”

Ketuk palu hakim sudah berbunyi. Tubuhku merosot ke lantai, rasanya kaki tak sanggup menopang berat badan. Sebegitu besarnya kah kesalahan Jacob? Sampai-sampai dia harus dikirim ke pengasingan.

Ibu ikut berjongkok, dia memelukku dari belakang. Wanita paruh baya yang kerap kujadikan tempat bercerita itu mengusap punggungku untuk menguatkan. “Kita akan bicara sama Ayah, ya. Semoga saja hukuman Jacob bisa diringankan.”

Aku tak lagi mendengar kata-kata Ibu. Pikiranku berkelana memikirkan Jacob yang akan menghabiskan sisa hidupnya di planet terkutuk itu. Aku penyebabnya. Aku yang menyebabkan lelaki itu harus kehilangan hidupnya di usia muda.

***

“Kim, aku benar-benar mencintaimu.”

Jacob berkata sebelum digiring algojo.

“Jika sekarang kita tidak bisa bersatu. Kamu harus yakin di kehidupan keduaku, aku akan mencarimu untuk kupersunting. Aku memohon pada Sang Pemilik Kehidupan, aku ingin bereinkarnasi menjadi seorang yang sepadan denganmu. Aku tak ingin di kehidupan kedua, kita tetap merasakan sakit seperti ini. Percayalah, Sayang. Hal itu pasti terjadi. Maafkan aku yang berani mencintaimu dengan segala kekuranganku.”

Jacob membalikkan badan, berjalan pelan mengikuti garis takdirnya. Lelaki itu pergi bersamaan dengan hatiku yang berantakan. Hancur tak bersisa. Bahkan kepingannya pun telah hilang disapu angin yang berembus. Ternyata sesakit ini rasanya mencintai orang yang bayangannya pun tak bisa digenggam.

Jacob hilang di antara langit yang beriring. Dia membawa separuh hatiku dan seluruh rasa cinta yang kupunya.


Pekanbaru, 19 Juni 2023

#Event_Love_inSadness2
Tema : Cinta dalam Ketidaksempurnaan
Genre : Romance Fantasi
Nama : Syahida Mashel
Judul : Reinkarnasi


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url