Menang atau Mati - Azizah Mahira

   Cerpen pilihan babak 1 Battle Royal 2

Menang atau Mati
Azizah Mahira


Xiang Feng, adalah sebuah daratan yang di kelilingi oleh kekuatan cahaya pelindung. Menurut kisah, kekuatan cahaya pelindung itu berguna untuk melindungi dari serangan Iblis maupun Sekte Jahat, yang ingin mencuri artefak cermin waktu dan pedang penghancur jiwa—yang mempunyai kekuatan luar biasa—siapa pun yang memiliki artefak tersebut bisa menguasai dunia. Xiang Feng juga berbatasan dengan dunia kegelapan, tempatnya para Iblis di dekat Jurang Penderitaan. Siapa pun yang jatuh ke jurang tersebut, pasti tidak akan berakhir dengan baik. Itu adalah salah satu tempat terlarang yang tidak boleh di dekati oleh siapa pun. Karena di sana terdapat bunga Xie Hua atau bunga kematian yang akan menjadikan seseorang kerasukan energi kegelapan yang bisa menjadikannya Iblis.

Di dataran tersebut juga terdapat Sekte Zhen Yi Men yang terkenal dengan kesatria pedang dan punya kekuatan tinggi untuk mengalahkan serta melindungi warga dari serangan musuh. Selain banyak kesatria, penduduknya juga ada yang bermata pencaharian sebagai pedagang dan petani. Sekte tersebut dipimpin oleh Ketua Agung yang merupakan keturunan setengah dewa dan setengah manusia dengan kekuatan luar biasa, berkat bantuan artefak kuno pemberian Dewa Pedang. Dengan adanya perlindungan dari sekte tersebut, kehidupan di Xiang Feng menjadi sangat tenteram dan damai setelah sempat berperang besar melawan Raja Iblis.

***

Malam hari yang terasa dingin menusuk tulang. Hujan deras pun membasahi bumi. Yin Chuan, murid dari Sekte Zhen Yi Men  yang terkenal lemah dan belum mencapai kultivasi[i] ke level yang lebih tinggi, sering mendapatkan perundungan. Ia sering diolok-olok oleh teman sejawatnya di sekte tersebut. Apalagi berita tentang Yin Chuan yang melamar putri tunggal Ketua Sekte sudah beredar luas dan menjadi gosip di mana-mana.

Tepat tengah malam, pemuda itu diam-diam dibawa oleh tiga orang temannya ke perbatasan Jurang Penderitaan. Salah satu teman pemuda itu menggunakan tenaga dalamnya untuk mematahkan tulang belakang Yin Chuan agar pemuda itu tidak bisa mencapai kultivasi tertinggi.

“Rasakan kau, Bedebah! Sampai kapan pun kau hanya akan menjadi orang yang tidak berguna!” ucap pemuda berwajah tegas itu menyeringai. Pemuda itu bernama Han Lei, yang merupakan tangan kanan ketua sekte. “Bagaimana bisa Ketua Agung mengangkat seorang anak yang tidak berguna seperti kau Yin Chuan! Putri tunggal Ketua Agung tidak mungkin mau menerimamu sebagai suaminya. Ia hanya menganggapmu Kakak angkat yang tidak berguna! Hahaha!”

“Iya, tidak berguna!” ucap kedua teman Han Lei berbarengan.

Mendengar penuturan mereka, ingatan Yin Chuan kembali ke tiga hari yang lalu. Kepingan-kepingan ingatan itu seperti kaset yang terus berputar-putar di dalam otaknya.

Siang itu, Yin Chuan seperti biasa hendak mengantarkan makanan untuk Ketua Agung dan Ling Xiao, putri tunggal Ketua Agung yang punya kecantikan seperti dewi kayangan. Pemuda itu memang tidak punya keahlian apa-apa selain memasak dan mempelajari beberapa mantra dan ilmu pedang. Saat di Aula Leluhur, pemuda berparas tampan itu tidak sengaja mendengar perbincangan Ketua Agung dan putrinya mengenai pernikahan. Ketua Agung juga sempat menyebutkan nama pemuda itu yang punya keinginan menikahi Ling Xiao. Namun, pemuda tersebut terkejut saat mendengar penuturan adik angkatnya itu.

“Ayahanda! Aku tidak ingin menikah dengan pria lemah yang tidak bisa melindungi sekte. Kalau pun menikah, harus dengan pria yang paling kuat di Sekte Zhen Yi Men ini!”

Kata-kata Ling Xiao seperti belati yang membuat hati Yin Chuan sangat hancur berkeping-keping. Harapannya sirna seperti terbawa debur ombak. Pikirannya kacau dan ada rasa sakit yang menggerogoti hati tulusnya.

Tiba-tiba lamunan pemuda itu buyar saat Han Lei membacakan mantra dan mengambil darahnya sedikit dengan pedang, kemudian pedang warna emas itu mengeluarkan cahaya putih dan membuat kekuatan cahaya pelindung sedikit membuka celah.

“Kau gila Han Lei! Tidak seharusnya kau membuka cahaya pelindung itu demi menyingkirkanku!” ucap Yin Chuan. “Kau tidak takut seluruh sekte akan mengalami bencana atas perbuatanmu hari ini?”

“Hahaha! Buat apa aku takut, tidak ada yang tau celah pelindung ini sedikit terbuka. Raja Iblis sudah dikalahkan 10 tahun yang lalu. Sekte Jahat pun tidak bisa membuat kerusuhan karena ada Ketua Agung yang sangat hebat!”

Dengan mengerahkan pedang emas itu, Han Lei menusuk perut Yin Chuan lalu menendang pemuda itu ke Jurang Penderitaan. Yin Chuan perlahan-lahan menutup mata dan membawa semua rasa sakit, dendam, amarah, dan kebenciannya di dalam dada.

“Kalau aku masih diberi kesempatan hidup! Akan kubalas semua rasa sakit ini!”

Tubuh pemuda itu terjatuh ke dasar jurang yang di penuhi kekuatan kegelapan. Ia terjatuh tepat di dekat bunga Xie Hua. Dalam sekejap bunga itu menyedot semua kekuatan hitam dan di arahkan pada Yin Chuan.

Pemuda yang terkenal baik dan suka menolong itu akhirnya tidak bisa terhindar dari kekuatan hitam. Perlahan-lahan kekuatan itu masuk ke dalam tubuhnya. Seperti sedang mencari tuan baru, kekuatan itu pun menyelamatkan nyawa Yin Chuan dari kematian.

“Kau bisa menjadi lebih kuat dan tidak terkalahkan, Manusia! Terus pupuk kebencianmu agar kau bisa lebih kuat!” ucap suara energi kegelapan yang merupakan sisa-sisa kekuatan peninggalan Raja Iblis itu.

Yin Chuan mendekati suara itu. Di sana ada buku untuk mempelajari jurus terlarang yang memakai energi gelap. Di dalam buku lusuh itu dijelaskan, untuk menjadikannya tidak terkalahkan, ia harus mengambil darah suci milik Ling Xiao dan cermin waktu. Karena dengan darah suci itu, semua kekuatan apa pun tidak bisa membunuhnya. Atau bisa juga menyerap energi dari semua murid yang ada di Sekte Zhen Yi Men agar bisa lebih kuat dan mengalahkan pendang suci milik Ketua Agung.

***

Malam kian larut, pria tegap memakai topeng dengan setelan baju warna hitam mengeluarkan kekuatan energi gelapnya, ia sudah menjadi lebih kuat setelah memakan bunga Xie Hua dan ingin membantai semua murid Sekte Zhen Yi Men untuk balas dendam. Pemuda itu menyerap semua energi hitam dan menghancurkan bangunan sekitar sekte saat Ketua Agung dan Ling Xiao sedang terlelap tidur.  

Seluruh murid penghuni sekte yang berjaga di luar akhirnya siap menyerang. Pertarungan sengit pun tidak terelakkan lagi. Pria bertopeng itu mengerahkan semua kekuatan gelapnya, dan membuat pedang yang ada di tangan semua murid sekte terbang ke atas, lalu pria tersebut membalikkan pedang dan mengarahkan lagi pada pemiliknya. Mereka semua pun akhirnya mati tertusuk pedang. Pria bertopeng itu pun menyerap semua energi kekuatan murid sekte yang sudah tidak bernyawa.

Mendengar ada keributan, Ketua Agung keluar kamar. Ia terkejut saat melihat puluhan muridnya sudah mati di tangan pria bertopeng.

“Kekuatan gelap! Celaka! Aku harus melindungi Ling Xiao dari bahaya!” ucap Ketua Agung.

Buru-buru Ketua Agung melindungi Ling Xiao dengan tenaga dalam dan pedang penghancur jiwa. Kini putrinya dilindungi cahaya yang tidak bisa ditembus oleh kekuatan gelap. Selain itu, putrinya juga tidak bisa keluar dari pelindung kecuali Ketua Agung mati atau ia membukanya. Sebelum pergi, pria tinggi itu memberikan putrinya cermin waktu.

“Jika Ayahanda mati, tolong gunakan cermin ini untuk membalikkan keadaan.” Ling Xiao menangis, ia tidak ingin kehilangan ayahandanya. Namun, ia juga tidak bisa keluar dari kekuatan pelindung.

Di depan halaman Aula sekte, pertarungan sengit pun di mulai. Ketua Agung mengerahkan kekuatannya dibantu Han Lei untuk mengalahkan pria bertopeng. Mereka bertiga pun terus bertarung tanpa henti. Namun, entah mengapa kekuatan Ketua Agung makin lama makin melemah. Setelah pertarungan sengit itu Ketua Agung terluka parah. Kini kekuatannya tidak bisa menandingi energi gelap yang terus mengikat tubuhnya. Dalam sekejap, pria berambut putih panjang itu mengembuskan napas terakhir karena sudah tidak kuat dengan kekuatan energi gelap.

Kini, giliran Han Lei, pria itu di angkat ke atas dan dililit oleh kekuatan hitam. Ia mengerang kesakitan dan tidak bisa bernapas. Semua perlawanannya sia-sia, karena pria bertopeng itu kekuatannya bertambah saat melihat Han Lei mengerang kesakitan. Dalam sekejap, pemuda bertubuh gempal itu meregang nyawa di tangan musuhnya.

Setelah membalaskan dendam, pria bertopeng itu harus melawan Ling Xiao yang baru terbebas dari kekuatan pelindung. “Dasar Iblis sialan! Rasakan kau!” Wanita itu mengerahkan pedang penghancur jiwanya pada pria bertopeng. Pedang warna hijau dengan gagang mengkilap  dan di tengahnya ada kristal putih itu berkali-kali menyerang tanpa ampun.

“Aku tidak akan membiarkanmu lolos dari sini!” Ling Xiao membacakan mantra dan pedangnya sedikit melukai tubuh lawan. Mengetahui Ling Xiao punya kekuatan hebat, pria bertopeng itu menghilang di kegelapan malam.

Langit seperti mengetahui hati Ling Xiao. Tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya disertai angin kencang. Darah seluruh murid sekte yang mati menggenangi halaman depan Zhen Yi Men.

Wanita berhidung mancung itu lemas dan langsung terduduk saat melihat ayahanda dan semua murid sekte mati mengenaskan. Ia bersumpah akan membalas semua perbuatan  musuh yang sudah merenggut semua kebahagiaan dan nyawa orang-orang yang tidak berdosa.

***

Di dekat dapur terdengar ada suara seorang pria minta bantuan.  “To–tolong!” ucap seorang pemuda pura-pura menahan sakit saat melihat Ling Xiao yang masih menangis dan mencari murid sekte yang masih bertahan hidup.

Melihat luka dan darah merembes dari dadanya Yin Chuan, Ling Xiao langsung mendekati pemuda itu dan menolongnya. “Kak, bertahanlah! Aku akan menyelamatkanmu!” Ling Xiao memapah kakak angkatnya itu ke dalam bangunan yang masih tersisa dan belum rusak parah.

Wanita berambut panjang itu membaca mantra dan menyalurkan tenaga dalamnya pada tubuh Yin Chuan. Saat tenaga dalam disalurkan, darah keluar dari mulut pemuda itu.

“Bertahanlah, Kak! Jangan tinggalin aku! Aku tidak mau kehilangan lagi keluarga terdekat.”

“Sudahlah, Ling, jangan buang-buang tenaga dalammu! Kakak tidak mungkin bertahan lama, apalagi tulang belakang Kakak semuanya sudah dipatahkan! Kakak tidak mungkin bisa menyembuhkan luka dalam ini!”

Ling Xiao menggeleng. “Tidak! Kakak harus bertahan! Aku pernah membaca di buku kuno, darah suci bisa menyembuhkan dan meningkatkan basis kultivasi.” Ling Xiao mengambil pedangnya dan menyayat telapak tangannya. Darah yang mengalir lalu diminumkan pada kakak angkatnya. Setelah memberikan darah suci tersebut, Yin Chuan langsung berdiri dan tiba-tiba berubah memakai baju warna hitam, matanya memerah dan menyeringai.

“Ling Xiao, Ling Xiao, kamu memang masih naif seperti dulu. Pura-pura bersikap baik agar orang lain merasa punya utang budi untuk membalasnya,” ucap Yin Chuan.

Ling Xiao terperanjat, ia tidak menyangka ternyata kakak angkatnya berubah menjadi iblis dengan menyembunyikan hawa kekuatan hitam dalam tubuhnya dan memanfaatkan darah suci untuk meningkatkan kekuatan kegelapan agar bisa menguasai seluruh dunia.

“Kak Yin! Mengapa kau berubah menjadi Iblis? Apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah kau punya keinginan untuk menjadi orang baik yang selalu menolong? Dasar pembohong! Sampai kapan pun aku akan terus melawanmu sampai akhir, Kak!” ucap Ling Xiao menangis sesenggukan.

“Hahaha! Kalianlah yang memaksaku menjadi seorang Iblis! Kalau bukan karena kebaikan hatiku, aku tidak mungkin diinjak-injak dan dipermalukan sampai rasanya hidup pun terasa bagai neraka! Sekarang aku bisa lebih kuat dan pantas untuk bersanding denganmu, tapi kamu malah membenci dan ingin melawanku. Kalau begitu, biar aku yang akan mengalahkanmu” Pemuda itu akhirnya mengerahkan kekuatan gelapnya lagi untuk melilit tubuh Ling Xiao. Wanita yang memakai mahkota kecil itu menahan sakit hingga seluruh tubuhnya serasa remuk dan ngilu karena tenaganya terkuras habis saat melawan pria bertopeng tadi.

Pemuda itu kemudian mengambil belati dan menusuk jantung Ling Xiao. Ia lalu mendekat dan berucap pelan. “Seluruh sekte sudah aku binasakan! Pria bertopeng tadi adalah aku. Sekarang butuh jantungmu untuk menjadikanku lebih kuat dan tidak tertandingi. Dengan jantung itu, aku bisa mengambil artefak kuno milik Dewa Pedang yang Ketua Agung sembunyikan!”

Mendengar penuturan pemuda itu, Ling Xiao mengepalkan tangannya erat. Ia tidak menyangka pria yang ia kagumi selama ini ternyata berhati busuk. Wanita itu sudah banyak berkorban. Ia bahkan rela berbohong pada ayahandanya untuk pura-pura tidak menyukai pria yang tidak punya kekuatan kultivasi level tinggi. Semuanya ia lakukan demi kebaikan Yin Chuan agar Ketua Agung tidak menyakiti pemuda tersebut.  Namun, bukannya mendapat balasan, ia malah dimanfaatkan.  

Dengan sisa-sisa tenaga, wanita itu mengeluarkan cermin waktu. Cahaya putih keluar dan sinarnya memantulkan kilauan yang menyilaukan mata. Yin Chuan sedikit menjauh dan hendak mengambil cermin itu, tetapi Ling Xiao langsung mengarahkan darah jantungnya pada cermin, sehingga keduanya tersedot ke dalam pusaran dan masuk ke dalam cermin.

Di dalam cermin, Ling Xiao bisa melihat ingatan-ingatan dan semua kejadian yang dialami oleh kakak angkatnya tersebut. Hatinya terasa pilu, ternyata pemuda itu menjadi Iblis berhati kejam karena dilempar ke Jurang Penderitaan oleh Han Lei dan kedua temannya. Hati wanita itu mulai goyah. Satu sisi Ling Xiao merasa iba, tetapi sisi lain ia menyimpan dendam dan amarah yang besar karena pemuda itu sudah membunuh Ketua Agung dan murid yang ada di sekte.

“Silakan masuk ke kolam mata air suci Ling Xiao, agar kau bisa kembali ke masa lalu yang ingin kau datangi sekali lagi untuk mengubah takdir burukmu!” ucap suara tanpa rupa itu.

Yin Chuan yang terikat kekuatan putih dan tidak bisa melawan menggelengkan kepala. “Jangan! Kalau kau pergi ke masa lalu, dan saat nanti aku ataupun kau terbunuh, jiwa kita tidak akan pernah bisa bereinkarnasi lagi! Tolong pikirkan baik-baik, Ling Xiao!” ucap pemuda itu memohon. “Kalau kau tidak kembali ke masa lalu, aku akan memberikanmu kesempatan hidup dan aku tidak akan menyakitimu!”

Keputusan Ling Xiao mulai bulat saat ia mengingat genangan darah mengalir bersama air hujan yang turun dan membuatnya terlihat seperti lautan darah.  Serta mengingat tubuh kaku ayahandanya yang penuh cabikan pedang dan semua tulang belakangnya patah.

Wanita itu lalu menceburkan diri ke kolam mata air suci dan dalam sekejam ia kembali ke masa lalu. Di mana ia kembali sebelum Yin Chuan dimasukkan ke dalam Jurang Penderitaan dan menjadi iblis. Setelah kembali ke masa lalu, ingatan Yin Chuan di masa depan akan di lupakan. Yang mengingat kejadian pembantaian sekte hanya Ling Xiao, pemegang cermin waktu.

***

 “Apakah kau yakin ingin menikah dengan kakak angkatmu, Yin Chuan?” tanya Ketua Agung saat berada di Aula Leluhur.

“Iya, Ayahanda! Ling Xiao ingin menikah dengan Kak Yin karena dia sosok yang baik dan juga pemuda yang lembut. Aku yakin, jika hidup bersamanya bisa bahagia!” ucap Ling Xiao mantap.

Yin Chuan yang hendak mengantarkan makan siang dan mendengar penuturan adik angkatnya itu tersenyum lebar. Akhirnya, cintanya bersambut.

Yin Chuan ingat betul, saat pertama kali masuk sekte dan di angkat menjadi anak oleh Ketua Agung saat itu usianya menginjak 15 tahun. Semenjak kedua orang tuanya meninggal akibat perang melawan sekte jahat bersama Ketua Agung 10 tahun yang lalu, Yin Chuan tinggal di Zhen Yi Men dan menjadi koki masak untuk Ketua Agung dan seluruh murid di sekte tersebut. Karena sering masak, pemuda itu tidak pernah berlatih kekuatan ilmu pedang sehingga basis kultivasinya paling rendah dan tidak pernah mencapai level atas. Bisa dikatakan pemuda itu seperti manusia biasa. Hanya saja ia masih punya tenaga dalam dan beberapa dasar ilmu pedang.

Setelah permintaan Ling Xiao untuk menikahi Yin Chuan disetujui oleh Ketua Agung. Mereka akhirnya melangsungkan pernikahan seminggu setelah usia Ling Xiao menginjak 22 tahun.

Yin Chuan benar-benar bahagia. Ia tersenyum lebar dan mendatangi kamar Ling Xiao saat sesi upacara pernikahan sudah selesai. “Istriku! Kau benar-benar cantik saat mengenakan gaun pengantin merah! Kau bagai bidadari kayangan yang turun ke bumi! Aku benar-benar beruntung bisa menikahimu,” ucap pemuda itu mencoba merayu.

Mendengar ucapan suaminya, mata Ling Xiao berkaca-kaca. “Ingat Ling Xiao! Ingatlah tujuanmu kembali ke masa lalu itu untuk apa? Jangan sampai hanyut dan luluh oleh perkataan Yin Chuan! Dia adalah Iblis penyebab kehancuran sekte dan kematian ayahandamu!” ucap wanita itu dalam hati.

Lagi-lagi, hati perempuan itu goyah. Ia tidak tega membunuh Yin Chuan, pemuda yang baik hati dan selalu tersenyum hangat. Namun, wanita itu harus tetap menghabisi Yin Chuan agar ia tidak menjadi bumerang di masa depan.

“Suamiku! Aku sebenarnya sudah jatuh cinta padamu sejak lama. Hanya saja, aku takut ayahanda akan menyakitimu kalau aku berterus terang. Namun, dugaanku salah, ternyata ayahanda tidak mempermasalahkan keinginanku untuk menikah denganmu,” ucap Ling Xiao lembut.

“Terima kasih, istriku! Kau memang perempuan yang luar biasa. Menikah denganmu adalah berkah untukku.”

Detak jantung wanita itu terus berdentuman. Ia menyesali semua ucapannya dulu. Mungkin kalau ia tidak bicara di Aula dan menolak lamaran kakak angkatnya, mereka mungkin bisa hidup bahagia sampai tua. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Ucapan tidak bisa ditarik kembali. Wanita itu hanya bisa memperbaikinya karena diberi kesempatan kembali ke masa lalu.

Ling Xiao pun mendekat ke arah Yin Chuan. “Suamiku! Apakah aku boleh minta satu keinginan?” tanya Ling Xiao ragu-ragu sembari mendekap erat suaminya.

Yin Chuan yang kaget karena istrinya tiba-tiba memeluknya hanya bisa mengangguk dan mengelus pelan punggung istrinya. “Tentu! Apa pun itu, aku pasti akan berusaha memenuhinya! Sekali pun kau meminta nyawaku. Aku akan memberikannya untukmu.”

Ling Xiao makin memeluk erat suaminya. Air matanya jatuh tak terbendung. Suara isak tangis yang ditahan mulai terdengar. “Suamiku! Tolong pejamkan matamu sebentar.”

Yin Chuan mengangguk dan memejamkan matanya saat Ling Xiao melepaskan pelukannya. “Baiklah, aku akan menuruti keinginanmu!” ucapnya datar.

Ling Xiao mengambil pedang penghancur jiwa yang ia pinta dari Ketua Agung saat sehari sebelum menikah dengan Yin Chuan. Bukan hanya itu, ia juga menceritakan semua alasannya yang ingin menikah dengan kakak angkatnya. Mengetahui semua alasan anak tunggalnya tersebut, Ketua Agung akhirnya menyetujui keinginan anak kesayangannya dan memberikan pedang pemberian almarhum ibunya yang merupakan keturunan dewa pada Ling Xiao.

“Maafkan aku, Kak Yin! Aku tidak ada pilihan lain selain menghabisimu! Semoga kau tidak menyimpan dendam dan kebencian lagi karena perlakuan orang-orang sekitarmu yang tidak bisa berbuat adil.” Ling Xiao berucap dalam hati dan langsung mengayunkan pedangnya tepat pada jantung Yin Chuan.  

Darah segar mulai keluar dari dada pemuda itu. Rasa sakit yang teramat sangat membuat Yin Chuan mengerang kesakitan. “Mengapa kau tega membunuhku?” ucapnya pelan. “Padahal aku sangat mencintaimu. Kalau kau mau mengambil nyawaku, akan aku berikan nyawa ini untukmu. Mengapa kau membohongiku dengan pura-pura mencintai dan menikahiku?”

“Aku terpaksa melakukannya! Karena kalau kau tidak mati! Maka nyawa orang-orang yang akan jadi taruhannya!” ucap Ling Xiao. “Buat apa kita saling mencintai, kalau harus berakhir dengan saling menyakiti. Lebih baik kita buat permainan hidup dan mati! Dengan begitu, tidak ada yang perlu disesali karena itu sudah menjadi pilihan kita sendiri! Bertahan hidup dan membunuh orang yang kita cintai, atau mengorbankan cinta dan nyawa sendiri demi orang terkasih yang akan menjadi musuh selamanya?”

Yin Chuan tersenyum. “Akhirnya aku bisa mati dengan tenang di tanganmu! Aku tidak tahu apa alasanmu membunuhku! Yang aku tahu, kau seperti tidak ingin melihatku lebih menderita. Aku tidak akan membencimu! Karena kau adalah wanita yang aku cintai setulus hati. Jika ketulusanku ini bisa membuatmu bahagia, aku rela mengorbankan segalanya.”

Mendengar penuturan suaminya, Ling Xiao menangis dan memeluk erat suaminya. Namun, tiba-tiba Yin Chuan menusuk punggung wanita itu dengan belati.

“Aku bisa mengingat semuanya, karena sebelum masuk cermin waktu, kau sudah memberiku darah suci. Dengan darah itu, aku pun bisa mengingat semua kejadian seperti pemilik cerminnya. Kau tidak akan pernah menang melawanku. Ucapanku semuanya hanya pura-pura, dan saat kita berdua mati. Kita akan kembali ke masa depan lagi dan bereinkarnasi. Mungkin kau tidak mengetahui hal itu? Karena kau sudah lebih dulu masuk ke kolam suci sebelum Dewa mengatakan semuanya.”

Ling Xiao mengepalkan tangannya erat. “Dasar pria licik! Aku tidak akan tinggal diam. Sampai kapan pun! Aku pasti akan melawanmu!”

Inti jiwa keduanya tiba-tiba hancur menjadi butiran debu dan lenyap di udara terbawa angin. Tubuh mereka pun ikut menghilang. Serpihan inti jiwa Ling Xiao dan Yin Chuan keluar dari cermin waktu membentuk inti jiwa baru. Mereka berdua akan bereinkarnasi dan akan terus saling melawan kecuali setelah bereinkarnasi salah satu dari mereka ada yang menang dan mati.

 

 


[i] Kultivasi: sebuah proses meningkatkan kesehatan, memperpanjang umur, dan bertambah kuat. Kultivasi biasanya dicapai dengan mengolah Qi atau tenaga dalam dan latihan seni bela diri dan mistik.

 


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url