Cerpen Terjemahan Entri 21
Artikel/konten yang sedang Anda coba akses ini merupakan bagian dari materi premium yang kami siapkan secara khusus untuk komunitas pelanggan kami. Untuk menjaga nilai dan kualitasnya, kami melindunginya dengan kata sandi.
Ini adalah cara kami untuk memastikan bahwa para pelanggan mendapatkan materi terbaik dan paling mendalam yang tidak tersedia di tempat lain.
.
Hari AnnieAndy Weir
Aku tidak ingin bangun jam enam
pagi, apalagi di hari Sabtu. Tapi pria yang sedang kupeluk itu orang yang suka
bangun pagi.
Paul bangun pagi sekali, seperti
biasa. Aku harus menahan diri sesaat ketika ia menarik lengannya dari bawah
kepalaku. Lalu ia mengusap rambutku dengan penuh kasih sambil mencoba
meyakinkanku untuk bangun. Akhirnya ia menyerah dan pergi melakukan entah apa
yang biasa dilakukan orang-orang yang bangun pagi. Aku kembali tertidur dalam
hitungan menit.
Tips untuk semua pria di luar
sana: Jika seorang perempuan sedang tidur, biarkan dia tidur. Jika kalian bukan
pengantin baru, dia tidak ingin kalian meraba-rabanya di pagi hari.
Aku terbangun di jam yang lebih
masuk akal, jam 10 pagi, dan berjalan ke dapur untuk sarapan. Paul sedang duduk
di meja dengan pembuka kaleng elektrik yang sudah terurai menjadi ratusan
bagian. Alat itu rusak sehari sebelumnya, dan hanya butuh $10 untuk menggantinya.
Tapi dia lebih suka menghabiskan berjam-jam mengutak-atiknya ketimbang mengakui
kekalahan. Aku memaklumi keanehan-keanehannya sampai batas tertentu, tapi aku
juga ingin kami punya pembuka kaleng yang berfungsi. Dia punya waktu satu hari
untuk memperbaikinya atau membeli yang baru.
Saat Paul mengerjakan pembuka
kaleng itu, Billy menonton TV di ruang tamu.
Billy berusia 16 tahun. Ibunya,
mantan istri Paul, pergi sepuluh tahun lalu. Dalam lima tahun sejak aku pindah,
aku melihat Billy tumbuh dari bocah menyebalkan menjadi pria yang mirip
ayahnya. Aku mulai menyukainya. Aku benar-benar menyukainya. Sangat. Bahkan,
aku ingin merasakan tangan-tangannya di seluruh tubuhku dan…
Pokoknya begitu.
Paul dan Billy pergi menonton
pertandingan bisbol, jadi aku punya hari itu untuk diriku sendiri. Aku memulai
dengan mandi santai. Lalu aku memanfaatkan cuaca yang indah dan berjemur di
halaman belakang. Itu menyenangkan selama berlangsung, tapi angin mulai bertiup
kencang jadi aku menyerah.
Aku mampir ke rumah Mrs. Marlowe
di ujung jalan. Dia berusia 84 tahun dan selalu senang mendapat kunjungan. Aku
menghabiskan beberapa jam dengannya dan dia bercerita tentang hal-hal liar yang
biasa ia lakukan saat muda. Dia sudah pernah menceritakan kisah-kisah itu
sebelumnya, tapi dia wanita tua yang baik dan aku tidak punya kegiatan lain.
Dalam perjalanan pulang, aku
melewati rumah Dwayne dan Sally. Sally membenciku sejak dia memergokiku duduk
di pangkuan Dwayne saat barbeque empat Juli. Sebagai pembelaan, waktu itu
kursinya tidak cukup. Mungkin tangan Dwayne agak nakal dan aku tidak menghentikannya
kesalahannya sama besar dengan kesalahanku.
Dia menatapku dengan kesal melalui jendela ruang tamu saat aku lewat.
Aku mengabaikannya. Dan hanya untuk membuat si jalang itu kesal, aku memotong
jalan melintasi halamannya saat berbelok di sudut. Dia menatap lebih tajam tapi
tidak melakukan apa-apa.
Tetangga sebelah kami, Maureen, dan balitanya, Ryan, sedang di halaman
depan mereka. Maureen asyik mengirim pesan di ponselnya alih-alih memperhatikan
Ryan yang berjalan mondar-mandir tanpa tujuan. Begitu melihatku, Ryan berjalan
ke arahku dan mengulurkan tangannya untuk dipeluk. Aku menampar wajahnya. Aku
benci anak-anak.
Aku dengan santai masuk ke rumahku, meninggalkan Ryan yang menangis dan
Maureen yang tidak tahu apa-apa di belakang. Saat melewati meja dapur, aku
melihat berbagai bagian pembuka kaleng yang disusun rapi. Aku mengambil salah
satu bagian kecil dan menyembunyikannya di bawah kulkas.
Lalu aku melihat laptop Billy. Dia jarang meninggalkannya tanpa
pengawasan; biasanya menyimpannya di kamarnya untuk melindunginya dari
mata-mata. Tapi dalam tergesa-gesa pergi ke lapangan baseball, dia
meninggalkannya sedang diisi daya di meja kopi. Jadi aku menghabiskan sisa sore
itu di komputernya.
Anak-anak lelaki itu pulang pada sore hari. Paul mengerjakan pembuka
kaleng untuk beberapa saat sebelum menyerah dengan frustrasi. Billy tidak
menyadari aku telah menggunakan laptopnya. Bagaimana bisa? Aku meninggalkannya
persis seperti saat aku menemukannya.
Paul tidur jam 10 malam, seperti biasa. Aku jarang tidur bersamanya.
Biasanya aku menyusulnya beberapa jam kemudian. Tapi malam ini akan berbeda.
Malam ini aku punya rencana. Aku tidak bisa lagi menahan perasaanku.
Billy bermain video game di kamarnya sampai tengah malam. Aku menunggu
dengan sabar sampai dia mematikan lampu. Aku mengumpulkan keberanianku di
lorong dan akhirnya melakukan apa yang sudah lama ingin kulakukan.
Mendorong pintunya sedikit terbuka, aku menyelinap ke kamarnya. Dia
terbaring di bawah selimut, belum sepenuhnya tertidur. Dia tidak menyadari aku
masuk. Aku sengaja diam dan terlalu gelap untuk melihat. Menyelinap ke sisi
tempat tidur, aku masuk dan berada di bawah selimut.
Dia pasti menyadari itu!
Terkejut, dia tidak yakin apa yang harus dilakukan. Aku tidak memberinya
waktu untuk berpikir. Aku menempelkan tubuh telanjangku ke dada telanjangnya.
Kami belum pernah melakukan sesuatu seperti ini sebelumnya. Sekarang saatnya
melihat apakah taruhanku berhasil. Apa yang akan dia lakukan?
Dia membelai tubuhku. Perlahan pada awalnya, lalu dengan lebih
bersemangat saat aku menggeliat dengan gembira. Aku mencintai semua yang dia
lakukan padaku dan aku memberitahunya.
Setelah beberapa saat, kami tertidur bersama.
***
“Hai, kawan,” kata Paul, bersandar di ambang pintu kamar Billy. “Aku
sudah membuat sarapan.”
“Oke,” kata Billy, terbangun. “Aku segera keluar.”
“Hm,” kata Paul, memerhatikan pemandangan di hadapannya. “Annie tidur
denganmu tadi malam?”
“Iya,” kata Billy sambil menoleh ke arah kucing itu. “Pertama kalinya
dia ingin aku membelainya.”
.jpg)