Cerpen Terjemahan Entri 22
Artikel/konten yang sedang Anda coba akses ini merupakan bagian dari materi premium yang kami siapkan secara khusus untuk komunitas pelanggan kami. Untuk menjaga nilai dan kualitasnya, kami melindunginya dengan kata sandi.
Ini adalah cara kami untuk memastikan bahwa para pelanggan mendapatkan materi terbaik dan paling mendalam yang tidak tersedia di tempat lain.
.
BunglonAnton Chekhov
Kepala polisi Otchumyelov
berjalan melintasi alun-alun pasar dengan mantel barunya dan sebuah bungkusan
di bawah lengannya. Di belakangnya, seorang polisi berambut merah berjalan
sambil membawa ayakan penuh dengan buah gooseberry sitaan. Suasana hening. Tak
seorang pun di alun-alun. Pintu-pintu toko dan kedai terbuka, menatap dunia
seperti mulut lapar; bahkan seorang pengemis pun tak terlihat. Lalu,
Otchumyelov mendengar suara.
“Tega sekali, anjing sialan,
berani menggigit!”
“Kawan-kawan, jangan biarkan
dia lolos! Menggigit itu dilarang sekarang! Tangkap! Ah… ah!”
Terdengar suara anjing
melolong. Otchumyelov menoleh ke arah suara itu dan melihat seekor anjing
keluar dari halaman kayu milik Pitchugin. Anjing itu pincang, berlari dengan
tiga kaki, matanya mencari-cari jalan keluar. Seorang pria dengan kemeja katun
kaku, rompi terbuka, mengejarnya. Ia terjatuh ke depan, berhasil menangkap kaki
belakang anjing itu, lalu terdengar lagi lolongan dan teriakan, “Jangan
lepaskan!” Wajah-wajah mengantuk mulai muncul dari toko, dan seketika kerumunan
orang berkumpul di depan halaman kayu.
“Sepertinya ada keributan,
Tuan…” kata polisi berambut merah.
Otchumyelov menoleh dan
melangkah cepat menuju kerumunan.
Ia melihat pria berrompi
terbuka itu berdiri di dekat gerbang halaman kayu, mengangkat tangan kanan,
menunjukkan jarinya yang berdarah pada orang banyak. Wajahnya yang setengah
mabuk jelas berkata, “Kau akan kuberi pelajaran, bajingan!” Jarinya seperti bendera
kemenangan. Otchumyelov mengenalinya. Ia Hryukin, si tukang emas.
Pelaku yang menyebabkan
keributan ternyata seekor anak anjing borzoi putih, moncong runcing, dengan
bercak kuning di punggungnya. Ia duduk di tanah, kaki depannya menjulur,
tubuhnya gemetar ketakutan. Matanya yang basah penuh rasa sakit dan ngeri.
“Ada apa ini?” tanya
Otchumyelov sambil mendorong masuk ke tengah kerumunan. “Kenapa ribut? Kenapa
kau melambaikan jarimu begitu? Siapa yang berteriak tadi?”
“Saya hanya lewat, tidak
mengganggu siapa pun, Tuan,” jawab Hryukin, batuk kecil ke kepalan tangannya.
“Saya sedang bicara tentang kayu bakar dengan Mitry Mitritch, tiba-tiba anjing
rendah ini menggigit jari saya tanpa alasan. Saya ini orang kerja, Tuan…
pekerjaan saya halus. Saya harus dapat ganti rugi, karena seminggu saya tidak
bisa pakai jari ini. Hukum pun tak membenarkan orang sabar saja kalau digigit
binatang. Kalau semua dibiarkan digigit, bagaimana hidup bisa tenang?”
“Hm, baik,” kata Otchumyelov
dengan nada keras, alisnya terangkat. “Baik! Anjing siapa ini? Aku takkan
biarkan! Mereka harus diajar untuk tidak membiarkan anjing berkeliaran! Kalau
pemiliknya kena denda, dia akan tahu arti punya anjing. Yeldyrin!” serunya pada
polisi. “Cari tahu anjing siapa ini, buat laporan! Anjing ini harus segera
dibinasakan! Pasti gila! Sekali lagi kutanya, anjing siapa ini?”
“Sepertinya milik Jenderal
Zhigalov,” kata seseorang di kerumunan.
“Anjing Jenderal Zhigalov,
ya? Yeldyrin, tolong lepaskan mantelkup… panas sekali! Tanda-tanda hujan. Tapi
bagaimana anjing kecil itu bisa menggigit jarimu?” Otchumyelov menoleh ke
Hryukin. “Anjing itu kecil, sementara kau lelaki besar. Kau pasti menggores
jarimu sendiri dengan paku, lalu cari alasan untuk minta ganti rugi. Aku tahu
betul kelakuan orang sepertimu!”
“Dia menempelkan rokok ke
muka anjing, Tuan, untuk bercanda, jadi anjing itu menggigitnya. Dia memang
suka bikin onar, Tuan!”
“Itu bohong, Mata Juling! Kau
tak lihat, mengapa bicara sembarangan? Tuan akan tahu siapa yang jujur, siapa
yang bohong. Kalau saya salah, biar pengadilan yang putuskan. Sekarang semua
orang sama di mata hukum. Saudara saya sendiri polisi, biar kau tahu!”
“Sudah, jangan ribut!”
“Itu bukan anjing Jenderal,”
kata polisi dengan penuh keyakinan. “Jenderal tidak punya anjing seperti itu.
Anjingnya kebanyakan jenis setter.”
“Kau yakin?” tanya
Otchumyelov.
“Ya, Tuan.”
“Aku juga tahu. Anjing
Jenderal itu anjing mahal, ras murni. Sedangkan ini entah anjing apa. Lihat
saja, bulunya tak jelas, bentuknya pun tidak. Rendah sekali. Untuk apa
memelihara anjing seperti ini? Kalau muncul di Petersburg atau Moskow, tahu apa
yang mereka lakukan? Tak usah repot dengan hukum, mereka langsung mencekiknya!
Kau sudah terluka, Hryukin, dan kita tak bisa membiarkannya. Mereka harus
diberi pelajaran. Sudah waktunya!”
“Tapi bisa juga ini anjing
Jenderal,” kata polisi sambil berpikir keras. “Tidak tertulis di wajahnya. Aku
lihat anjing seperti ini di halaman rumahnya beberapa hari lalu.”
“Itu pasti anjing Jenderal!”
sahut suara lain di kerumunan.
“Hm… Yeldyrin, tolong
pakaikan lagi mantelkup. Angin mulai bertiup, aku kedinginan. Bawa anjing itu
ke rumah Jenderal, tanyakan di sana. Katakan aku menemukannya dan
mengirimkannya kembali. Bilang jangan biarkan dia berkeliaran lagi. Bisa jadi
anjing berharga, dan kalau ada orang iseng menempelkan rokok ke mulutnya,
anjing itu bisa rusak. Anjing itu hewan yang halus. Dan kau, Hryukin, turunkan
tanganmu! Percuma kau pamerkan jarimu. Itu salahmu sendiri!”
“Itu ada koki Jenderal. Tanya
saja padanya! Hei, Prohor! Kemarilah! Lihat anjing ini… apakah anjing kalian?”
“Apa-apaan! Kami tidak pernah
punya anjing seperti itu,” jawab Prohor.
“Tak perlu buang waktu,” kata
Otchumyelov. “Jelas ini anjing liar! Tak perlu diperdebatkan lagi. Kalau dia
bilang anjing liar, ya berarti anjing liar. Harus dimusnahkan, selesai!”
“Itu bukan anjing kami,”
lanjut Prohor. “Itu milik saudara Jenderal yang baru datang kemarin. Tuan kami
tidak suka anjing pemburu, tapi saudaranya memang penggemar.”
“Kau bilang saudara Yang
Mulia ada di sini? Vladimir Ivanitch?” tanya Otchumyelov, wajahnya langsung
berbinar penuh senyum. “Wah, benar-benar! Aku sama sekali tidak tahu! Jadi dia
berkunjung?”
“Ya,” jawab Prohor.
“Wah, pantas saja. Dia memang
tak bisa jauh dari saudaranya. Jadi ini anjing milik Yang Mulia? Senang sekali
mendengarnya. Bawalah. Anjing ini tidak jelek. Anak yang lincah. Sampai
menggigit jari si tolol ini! Ha-ha-ha. Ayo, kenapa kau gemetar, hah? Rrr… rrr…
Anak nakal yang bagus.”
Prohor memanggil anjing itu,
lalu berjalan pergi dari halaman kayu sambil membawanya. Kerumunan orang yang
menonton tertawa puas melihat Hryukin.
“Akan kuberi kau
pelajaran!” bentak Otchumyelov padanya. Ia lalu merapatkan mantelnya,
menyilangkan tangan, dan kembali berjalan menyeberangi alun-alun.
.jpg)