PENGUMUMAN PEMENANG


Kurasi Umum Dewan Juri
 
Puisi-puisi Sosiawan Leak,  yang bertema “Perlawanan” merupakan pancaran semangat keberanian, kejujuran, dan kemanusiaan yang menolak tunduk pada ketidakadilan. Dalam proses alih wahana menjadi cerpen, semangat itu harus mampu menemukan bentuk baru. Dapat menjelma menjadi kisah-kisah yang berdenyut dengan tafsir, pengalaman, dan pergulatan batin para penulisnya.
 
Dewan juri memandang bahwa karya-karya ini secara umum berhasil menangkap dan menyalurkan roh “perlawanan” dalam berbagai rupa: ada yang tampil dalam bentuk perjuangan sosial yang tegas, ada pula yang hadir sebagai perlawanan batin terhadap nasib, kemiskinan, dan kepalsuan hidup. Ragam tafsir tersebut memperlihatkan kedewasaan penulis dalam membaca ulang puisi sumber serta kemampuan menghidupkan makna baru tanpa kehilangan nyala awalnya.
 
Dari sisi kekuatan, sebagian besar cerpen menonjol karena kemampuan menggugah emosi dan menghadirkan suasana getir yang realistis. Banyak di antara penulis yang piawai menciptakan atmosfer dramatik, menggunakan simbol-simbol yang berakar pada realitas sosial, serta menampilkan tokoh-tokoh yang hidup dan meyakinkan. Ada pula yang memperlihatkan keberanian untuk bereksperimen dalam gaya tutur, struktur alur, atau sudut pandang, yang menjadikan teks terasa segar dan otentik.
 
Namun, dewan juri juga mencatat beberapa kekurangan umum yang perlu menjadi perhatian. Di antaranya, masih ditemui cerpen yang kurang kuat dalam membangun konflik dan klimaks, sehingga ketegangan cerita terasa datar atau berakhir terlalu cepat. Beberapa karya juga belum berhasil menjaga konsistensi gaya bahasa antara puisi sumber dan hasil alih wahana, sehingga kehilangan kekuatan puitik yang mestinya menjadi jiwa dari karya asal. Selain itu, ada cerpen yang terlalu verbal dalam menyampaikan pesan perlawanan, sehingga maknanya terasa menggurui dan kurang subtil. Penggunaan dialog yang kaku, deskripsi yang berlebihan, serta struktur narasi yang belum rapi juga menjadi catatan yang berulang.
 
Meski demikian, karya-karya ini tetap memperlihatkan semangat kreatif dan keberanian berekspresi yang patut diapresiasi. Proses alih wahana dari puisi ke cerpen bukan sekadar perpindahan bentuk, melainkan juga pergulatan penulis dalam menafsir, menulis ulang, dan menghidupkan kembali makna dengan cara yang lebih luas dan kontekstual. Dari situ tampak bahwa sastra adalah medan perlawanan yang paling lembut namun paling tajam. Ia melawan dengan kata, dengan imajinasi, dan dengan keberanian untuk terus bersuara.
 
Melalui karya-karya ini, para penulis telah menegaskan bahwa perlawanan bukan semata tentang pertentangan, tetapi tentang kesetiaan pada nurani, pada kehidupan, dan pada keindahan yang lahir dari luka.
 
Kurator,
Heru Sang Mahadewa

Berikut adalah pemenang lomba alih wahana bertema, 'PERLAWANAN'. 

Tiga besar:
Tulip's 
Jenny Seputro 
Azizah Mahira 
*Naskah dibukukan bersama hasil tugas kelas dan event cerpen sastra. 


3 naskah pilihan:
Erlyna 
Hening Ratimaya
Myre Jane 
*Naskah dipublikasikan di laman Tiga Strata. 

Berikut adalah nilai seluruh peserta alih wahana: 

Naskah yang tidak menyertakan judul puisi pilihan tidak dapat kami nilai. 

Note: Pengambilan hadiah hari Sabtu. 

Terima kasih.

Salam.
Tiga Strata, Elle Geraldine, Sawsan Zeata, dan Heru Sang Mahadewa. 


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url